Kurban Tanpa Plastik di Universitas Muhammadiyah Malang: Sebuah Langkah Menuju Masa Depan yang Bersih

0

Foto: Eko Widianto

VNEWS– Pagi itu, usai salat Iduladha, suasana di Masjid AR. Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terasa hangat dan akrab. Sejumlah panitia penyembelihan hewan kurban berkumpul di ruangan bawah masjid, bersiap untuk melaksanakan tugas mulia mereka. Di pelataran masjid, deretan hewan kurban siap untuk dipotong, sementara daging-daging segar mulai dikumpulkan dengan cekatan oleh para panitia.

Di tengah kesibukan itu, ada pemandangan yang berbeda. Tak ada kantong plastik yang biasanya menjadi wadah daging kurban. Sebagai gantinya, panitia menggunakan besek, wadah anyaman bambu yang beralaskan daun singkong. Daging yang telah dibungkus dengan besek ini kemudian diikat rapi dengan tali goni yang terbuat dari serat rami.

“Total disiapkan 500 besek,” kata Abdus Salam, Ketua Panitia Iduladha UMM, pada Senin (17/6/2024) lalu.

UMM telah berkomitmen sejak beberapa tahun lalu untuk menghindari penggunaan tas kresek dalam pembagian daging kurban. Abdus Salam menjelaskan bahwa penggunaan plastik sulit terurai dan mencemari lingkungan. Sebagai gantinya, besek yang ramah lingkungan dipilih. Selain mudah terurai, besek juga bisa digunakan kembali, mengurangi timbulan sampah plastik yang merusak sungai, tanah, dan laut.

Bukan hanya soal lingkungan, penggunaan plastik juga berisiko bagi kesehatan. Akhis Soleh Ismail, dosen Fakultas Peternakan UMM, menambahkan bahwa kantong plastik berpotensi mencemari daging dengan bahan kimia berbahaya. Plastik yang lembab dapat mempercepat pertumbuhan mikroba pada daging, mempercepat proses pembusukan. Sebaliknya, besek mampu menyerap kandungan air dalam daging, dan daun singkong yang digunakan sebagai alas mengandung senyawa fenolik, antioksidan alami yang memperpanjang usia daging.

Di tingkat nasional, komitmen untuk kurban tanpa plastik juga didukung oleh pemerintah. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menandatangani Surat Edaran Nomor SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2024 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah Plastik pada 13 Juni. Surat edaran ini ditujukan kepada gubernur, bupati, dan walikota untuk mengurangi timbulan sampah plastik selama hari raya.

Siti Nurbaya meminta pemerintah daerah untuk mengajak panitia pembagian daging kurban tidak menggunakan kantong plastik dan mengimbau masyarakat membawa wadah sendiri atau menggunakan daun pisang, daun jati, dan besek. Langkah ini penting mengingat potensi timbulan sampah plastik yang dihasilkan dari konsumsi hewan kurban yang diperkirakan mencapai 119 juta lembar.

Di Kabupaten Jombang, komunitas Sanggar Hijau Indonesia juga menggerakkan program donasi wadah guna ulang untuk daging kurban. Program yang sudah berjalan selama tiga tahun ini berhasil mengumpulkan 692 wadah pada tahun ini. “Donasi wadah daging kurban memasuki tahun ketiga,” kata Shanti Ramadhani, Direktur Sanggar Hijau Indonesia. Wadah yang terkumpul disalurkan ke tiga masjid, mengurangi penggunaan kantong plastik dan membantu perajin besek setempat.

Namun, masih ada tantangan besar. Menurut Koordinator Komunitas Nol Sampah, Hermawan Some, surat edaran dari Menteri LHK belum tersebar luas dan diikuti oleh banyak pemerintah daerah. “Pesan tak sampai di bawah. Tahun ini tidak banyak pemerintah yang menyebarkan pesan Iduladha tanpa plastik,” ujarnya.

Di beberapa daerah, komunitas lokal bergerak secara mandiri. Di Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karang Pilang, Kota Surabaya, warga telah mengganti kantong kresek dengan wadah plastik guna ulang. Warga Turen Kabupaten Malang menggunakan besek. Hermawan menekankan pentingnya larangan kantong plastik sekali pakai tidak hanya karena sampah plastik, tetapi juga dampak kesehatan yang diakibatkan oleh bahan kimia dalam plastik yang dapat mencemari daging.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa perubahan kecil bisa berdampak besar. Dengan mengurangi penggunaan plastik, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga kesehatan kita. UMM, Sanggar Hijau Indonesia, dan komunitas lainnya memberikan contoh nyata bagaimana Iduladha bisa dirayakan dengan lebih bijak, tanpa merusak bumi yang kita cintai. Mari kita bersama melangkah menuju masa depan yang bersih dan sehat, satu besek pada satu waktu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *