Bandung Lautan Sampah: Perjuangan Tanpa Akhir
VNEWS- Baru tiga hari lalu, aliran Sungai Citarum di bawah Jembatan Babakan Sapan (BBS) terlihat bersih dan jernih setelah upaya bersama yang dilakukan oleh Pandawara Group dan masyarakat sekitar. Mereka bekerja keras, mengumpulkan sampah yang mengotori sungai yang menghubungkan Batujajar dan Cililin di Kabupaten Bandung Barat. Pandawara Group mengajak masyarakat melalui sebuah video yang mereka unggah di Instagram pada 13 Juni 2024. Video tersebut viral, menggerakkan hati banyak orang untuk turun tangan membersihkan sungai.
Namun, optimisme dan semangat gotong royong yang baru saja mengangkat harapan, terhempas dalam hitungan hari. Rabu, 19 Juni 2024, hanya tiga hari setelah pembersihan besar-besaran, video terbaru di media sosial memperlihatkan kondisi sungai yang kembali penuh sampah. Aliran yang sebelumnya bersih dan mengalir tenang kini kembali berwarna kelabu, dipenuhi plastik, limbah rumah tangga, dan serpihan-serpihan sampah lainnya. Kejadian ini memancing reaksi beragam dari warganet. Banyak yang kecewa, marah, dan merasa tidak berdaya.
Sungai Citarum, yang pernah dijuluki sebagai salah satu sungai terkotor di dunia, seolah terus mengukuhkan gelarnya. Meski upaya pembersihan dilakukan secara berkala, kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan seakan tidak bisa hilang. “Bandung lautan sampah,” kata Pandawara Group, menggantikan julukan lama “Bandung Lautan Api” yang penuh semangat perjuangan. Ironis, sungguh ironis.
Dalam video-video yang viral, kita bisa melihat betapa cepatnya sampah kembali memenuhi sungai. Warga, yang seharusnya menjadi penjaga kebersihan lingkungan, justru sering kali menjadi pelaku utama pencemaran. “Ah kan udah ada yang tugasnya bersihin, gue buang lagi aja,” komentar seorang warganet, menggambarkan mentalitas sebagian masyarakat yang abai.
Keprihatinan ini semakin dalam ketika melihat dampak langsung dari pencemaran ini. Populasi ikan di Sungai Citarum menurun drastis, diperkirakan mencapai 60 persen. Pemandangan ikan mati mengambang di permukaan air yang kotor menjadi pemandangan biasa. Ekosistem sungai yang dulu kaya kini sekarat, mati perlahan-lahan di bawah tumpukan sampah.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menyatakan bahwa upaya pembersihan akan terus dilakukan. Namun, ia menekankan bahwa tanggung jawab ini bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga masyarakat. Pemerintah berencana membersihkan Sungai Anak Citarum bekerja sama dengan Program Citarum Harum dan kelompok swasta. Namun, Bey juga menekankan pentingnya perubahan perilaku di tingkat masyarakat. “Kalau masyarakat disiplin, tidak akan terjadi hal ini,” ujarnya.
Herman Suryatman, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, menyatakan bahwa pengelolaan Sungai Citarum akan diserahkan kepada masyarakat setelah masa transisi dari Satgas Citarum Harum berakhir pada Desember 2025. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan upaya pembersihan sungai. Namun, keberhasilan langkah ini sangat bergantung pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat.
Cerita tentang Sungai Citarum adalah cerminan perjuangan panjang dan penuh tantangan dalam menjaga lingkungan. Sebuah perjuangan yang menuntut perubahan mentalitas, tidak hanya upaya fisik membersihkan sampah. Kejadian ini mengingatkan kita bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Tanpa kesadaran kolektif dan tindakan nyata dari setiap individu, Sungai Citarum dan sungai-sungai lainnya akan terus terpuruk dalam lautan sampah. Kita semua punya peran untuk mengubah cerita ini, menjadi lebih baik, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan.