Senja Kelabu di Unair: Dekan FK Unair Dicopot Usai Tolak Rencana Menkes Datangkan Dokter Asing
VNEWS– Di suatu senja yang kelabu di Surabaya, terdengar bisikan yang menyebar cepat di antara para akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kabar itu membawa pesan yang mengejutkan: Prof. Budi Santoso, Dekan FK Unair, diberhentikan dari jabatannya. Kejadian ini bermula dari sebuah pesan singkat yang beredar di grup WhatsApp, mengalir dengan cepat seperti angin yang membisikkan berita duka.
Pesan tersebut ditulis dengan nada yang penuh keikhlasan dan ketulusan. “Assalamualaikum wr wb, Bapak Ibu Dosen FK Unair, per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair jika ada salah dan khilaf. Mari kita terus perjuangkan FK Unair tercinta untuk maju dan berkembang, Aamiin. Salam hormat untuk guru, senior, dan sejawat semuanya,” demikian bunyi pesan yang ditinggalkan oleh Budi.
Kebenaran dari pesan ini dibenarkan oleh Budi sendiri. Ia menerima surat keputusan pencopotannya dari jabatan Dekan FK Unair pada pukul 15.00 WIB, meski informasi awal dari pihak rektorat telah diberikan sejak pukul 10.00 WIB. Dalam sebuah wawancara melalui telepon pada Rabu (3/7/2024), Budi menjelaskan, “Iya, (pesan) itu kan grupnya dekan ya, ada grupnya dosen-dosen. Saya pamitan karena SK-nya saya terima tadi, sekitar pukul 15.00 WIB.”
Pada hari Senin sebelumnya, Budi sempat dipanggil oleh Rektor Unair, Prof. Nasih. Di ruang rektorat yang sunyi, Budi diminta untuk menjelaskan pernyataannya yang kontroversial mengenai penolakan terhadap dokter asing. “Prosesnya (pencopotan), saya Senin dipanggil terkait dengan statement tidak setuju dengan dokter asing. Terus akhirnya hari Rabu keluar SK-nya,” jelasnya.
Pernyataan yang mengundang kontroversi tersebut berakar dari surat edaran (SE) nomor DG.03.02/D.IV/1483/2024 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Surat edaran itu menyatakan kebutuhan akan dokter Warga Negara Asing (WNA) di rumah sakit vertikal di lingkungan Kementerian Kesehatan. Budi, dengan penuh keyakinan, menolak kehadiran dokter asing tersebut, sebuah sikap yang akhirnya membawa pada akhir masa jabatannya sebagai Dekan.
Maka, dalam riak-riak kecil percakapan di kampus, terselip kisah seorang pemimpin yang harus mundur karena mempertahankan prinsipnya. Kisah Prof. Budi Santoso ini menjadi cermin dari sebuah perjuangan dalam dunia pendidikan tinggi yang penuh dengan liku-liku dan intrik. Meski begitu, tekad dan harapannya untuk melihat Fakultas Kedokteran Unair terus maju dan berkembang tetap bergema, mengiringi langkah-langkah kecil para dosen dan mahasiswa yang ditinggalkannya.