VNEWS.ID| Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dikenal sebagai sosok yang tempramental dan emosional. Tidak sekali dua kali dia naik pitam di depan khalayak ramai.
Sikap calon presiden yang pernah dipecat dari TNI ini, semakin dipertanyakan oleh publik apakah layak seorang pemimpin gampang ngamuk-ngamuk tak keruan seperti itu.
Berikut enam kemarahan Prabowo yang terpublikasi:
Pertama, ketika menghadiri pertemuan Persaudaraan Alumni 212, sekitar Juli 2018. Prabowo marah-marah lantaran ada pihak-pihak yang meragukan kapasitasnya sebagai calon presiden yang diusung oleh PA 212. Keraguan ini lantaran orang-orang yang benar-benar memegang ajaran Islam menganggap Prabowo tidak layak diusung sebagai presiden oleh umat Islam karena selama ini tidak terlihat memperjuangkan Islam di Indonesia.
Karena hal tersebut, di depan para hadirin yang hadir, Prabowo meninju-ninju meja sambil mengumpat dan menuding-nuding peserta yang hadir.
Kedua, Prabowo kembali mengeluarkan emosinya pada 11 November 2018, di Ponorogo, Jawa Timur. Pemicunya, ada emak-emak rebutan buku Paradoks Indonesia. Prabowo yang merasa tak digubris saat berpidato, marah dan berkata, “Saudara mau diam atau saya yang bicara, saudara naik ke sini (panggung). Kalau mau sopan saya bicara dulu, ini ingin lanjut atau tidak. Jangan ribut sendiri,” katanya dengan nada tinggi.
Ketiga, sikap tempramentalnya muncul pada 2 Desember 2018, di Monas, Jakarta. Pemicunya kekesalan Prabowo karena merasa media (jurnalis) emoh meliput kumpul-kumpul 212 yang menurutnya berjumlah 11 juta orang lebih. Prabowo juga bilang, kalau sebaiknya mereka (para pendukungnya) tak usah menghormati para wartawan lagi.
Keempat, pada 12 Maret 2019, Prabowo terlihat geram dan spontan memukul tangan pria berbatik kuning yang mau memegang mobilnya saat iring-iringan di depan gerbang Taman Prawatasari, Cianjur, Jawa Barat. Pria berbaju batik pun diusir oleh Prabowo agar menjauh dari mobil yang ditumpanginya. Kejadian ini terekam kamera dan menyebar dengan cepat di dunia maya.
Kelima, pada 30 Maret 2019, di Hotel Shangri-La, Jakarta saat debat capres keempat. Saat itu Prabowo merasa terusik karena ada yang tertawa saat ia bicara soal pertahanan RI yang dianggapnya lemah. Prabowo lantas berkata dengan nada tinggi, “Kenapa kalian ketawa. Jangan ketawa. Saya lebih TNI daripada banyak TNI,” ujarnya.
Keenam, pada 8 April 2019, di panggung Stadion Kridosono, Yogyakarta. Prabowo yang berpidato politik di depan pendukungnya, mendadak memukul-mukul podium. Ia juga mengeluarkan kata-kata bajingan, yang tak pantas disebutkan calon presiden.
Deretan kejadian tersebut membuktikan, Prabowo sangat lemah dalam mengontrol dirinya sendiri. Hal ini sangat berbahaya. Kondisi demografi Indonesia yang sangat beragam, tentu setiap persoalannya tidak akan dapat terselesaikan dengan cara marah-marah seperti yang dilakukan Prabowo.
Segala bentuk persoalan di negeri ini harus diatasi dengan keramahan dan kelembutan hati tingkat tinggi tanpa mendahulukan kelompok mana pun. Presiden Indonesia harus memiliki jiwa dan pikiran yang adil tanpa condong ke kanan maupun ke kiri.
Prabowo yang amarahnya mudah meledak, bahkan untuk merespons sesuatu yang belum jelas kebenarannya, akan sangat sulit menghadapi kebhinekaan Indonesia.
Prabowo yang lahir dan dibesarkan dalam “trah bangsawan” tidak boleh merasa dirinya lebih hebat daripada manusia-manusia lain sebangsanya sendiri.
Semua orang sebetulnya dapat marah seperti marahnya Prabowo. Semua orang pun dapat gebrak-gebrak podium, seperti yang dipertontonkan Prabowo di depan publik.
Namun Jokowi bukan sosok seperti itu. Ia lebih banyak tersenyum untuk menyapa masyarakat. Selama menjabat sebagai walikota, gubernur, hingga presiden, Jokowi berhasil memperlihatkan gaya kepemimpinan yang sangat ideal di era seperti sekarang ini.
Jokowi datang ke masyarakat, ke kampung-kampung tidak hanya saat kampanye. Ia terus mendatangi berbagai wilayah di pelosok Tanah Air untuk memastikan segala bentuk pembangunan berjalan sesuai dengan rencana.